Selain potensi zakat yang besar sekitar Rp217,3 triliun per tahun Masyarakat Indonesia juga memiliki kemauan berzakat lebih tinggi dibanding negara-negara lain. ada data bahwa 91 persen masyarakat Indonesia juga punya kemauan untuk membagi zakat dan sodaqoh, serta memberi waktu untuk berbagi (sharing) dengan orang-orang pinggiran.
“Kita patut bersyukur karena masyarakat kita punya kemauan berzakat lebih tinggi dari negara lain,” kata Gubernur Jawa Timur Soekarwo saat menghadiri Halal Bihalal dan Silaturahim Syawal 1433 H Pejabat Kementerian Agama (Kemenag) Se-Jawa Timur di Mina Hall Asrama Haji Surabaya, Rabu (22/08).
Data tersebut, menurutnya, diperoleh dari hasil survei Epos Mori pada Bulan April 2011. Survei dilakukan kepada 24 negara untuk mengetahui sejauh mana kedermawanan masyarakat di negara tersebut. Sebanyak 91 persen masyarakat Indonesia berkemauan untuk membagi zakat dan memberi waktunya untuk masyarakat pinggiran.
Peringkat kedua ditempati masyarakat Saudi Arabia sebanyak 71 persen. Kemudian,
Turki (33 persen) dan sekitar 24 persen masyarakat dari 19 negara memberikan waktu pada orang yang di pinggiran seperti mengajak berbincang, meluangkan waktu, menemani duduk dan membagi kedermawan.
“Dari seluruh dunia yang tertinggi adalah Indonesia dalam hal berbagi waktu dan zakat atau sodaqoh kepada masyarakat pinggiran. Ini patut menjadi perhatian bagi kita semua, apalagi survei ini merupakan survei internasional dengan validitas yang tinggi,” ujarnya.
Survei ini, lanjutnya, diteruskan oleh tim CNN. Survei ditujukan kepada orang muda (35 tahun ke bawah) di masing-masing negara mengenai agama menjadi motivator terbesar untuk menjadi dermawan dan menemani orang yang berada di pinggiran.
Hasil yang didapatkan cukup mengejutkan. Sebanyak 83 persen orang muda di Indonesia meyakini bahwa agama menjadi motivator kedermawanan dan menemani orang yang tidak mampu atau di pinggiran.
Sedangkan Jepang hanya 12 persen, Australia (30 persen), Korea Selatan (31 persen), Turki (39 persen), AS (41 persen), India (42 persen), Afrika Selatan (51 persen) dan Saudi Arabia sebanyak 70 persen meyakini agama menjadi motivator kedermawan dan menemani orang yang tidak mampu.
“Ini artinya konsep moral masuk dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Etika hubungan kemanusiaan yang dibentuk dalam norma juga dilibatkan dalam masyarakat. Selain agama, nilai-nilai lokal dibangun di dalam proses kehidupan masyarakat. Nilai lokal yang membentuk etika dan moralitas. Inilah yang membuat Indonesia menjadi unggul dengan negara lain,” jelasnya.
Melihat kondisi itu, Gubernur yang biasa dipanggil Pakde Karwo ini meminta agar masyarakat dapat mengembangkan zakat, infaq, dan sodaqoh (ZIS). Potensi ZIS luar biasa namun masih belum dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Sehingga ZIS perlu diorganisasi dan dikembangkan.
Pengorganisasian dan manajemen yang baik pada ZIS akan dapat membantu masyarakat yang membutuhkan, serta dapat mendorong kelas menengah barunya semakin meningkat. “Daripada mengurusi hal-hal lainnya, lebih baik mengelola zakat,” ujarnya.
sumber : suarakawan | other
0 comments:
Post a Comment